Minimnya Karakter Anak Bangsa di Era Disrupsi




Oleh : Nur Faradila

Pendidikan adalah hal yang sangat penting di dunia dan tidak perlu dipertanyakan lagi, karena duniapun membutuhkan orang-orang yang berpendidikan agar dapat membangun Negara yang maju. Selain itu, adanya karakter sangat diutamakan karena kehidupan saat ini tidak hanya melihat betapa tinggi pendidikan ataupun segala sesuatu yang telah ia raih, melainkan pada karakter diri pribadi dari setiap individu.

Karakter dapat diartikan sebagai pola berpikir dan berprilaku seseorang yang merupakan cerminan dirinya, baik secara individu maupun bersama-sama dalam lingkup keluarga, masyarakat dan bernegara. Untuk lebih singkat karakter merupakan pembawaan seseorang yang didapatkan sejak kecil. Karakter sangat erat hubungannya dengan nilai agama, kejiwaan, akhlak dan budi pekerti seseorang yang membedakan terhadap yang lainnya. Sejalan dengan perkembangan zaman yang juga diikut dengan pergeseran moral sebagi karakter atau budaya negara timur, baik yang datang dari negara asing.

Dalam konteks hidup setiap individu sudah memiliki karakter masing-masing. karakter individu ini berbeda dengan individu yang lain tentunnya mereka juga sudah memiliki nilai-nilai yang akan mereka wariskan nantinya kegenerasi berikutnya. Karakter sendiri sering dikaitkan dengan moral seorang individu karena karakter dan perilaku setiap induvidu tidak jauh berbeda.

Sedangkan disrupsi dalam kamus bahasa Indonesia didefinisikan sebagai hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang fundamental atau mendasar. Saat ini yang membuat terjadi perubahaan yang mendasar adalah evolusi teknologi yang menyasar sebuah sebuah cela kehidupan manusia. Digital adalah akibat dari evolusi teknologi (terutama informasi) yang mengubah hampir semua tatan kehidupan.

Di era disrupsi sekarang ini telah begitu banyak membawa perubahan, baik perubahan yang berdampak positif dalam kehidupan maupun dampak negatif bagi kehidupan sehari-hari. Contohnya generasi muda, dimana kebanyakan dari mereka cenderung tidak dapat menyaring/filter terhadap kebudayaan yang masuk kepada dirinya atau tidak bisa menyaring dari adanya globalisasi. Yang paling parah banyak anak bangsa atau generasi mudah yang terpengaruh oleh hal buruk dalam perkembangan era disrupsi ini. Seperti dapat dilihat dari berbagai aspek diantarannya :

Pertama, aspek norma. Dimana norma sendiri ialah aturan tidak tertulis yang digunakan sebagi pedoman masyarakat dalam menjalani kehidupan yang mengikat seluruh lapisan masyarakat dan memilki sanksi sosial bagi masyarakat yang melanggarnya. Pada era ini norma-norma yang tumbuh dalam Negara Indonesia tercinta kita sudah mulai terabaikan keberadaannya, norma tersebut mulai terhapus dengan adanya aturan-aturan baru yang membebaskan segala sesuatu hal yang berdampak besar untuk generasi muda pada zaman sekarang. Padahal norma memiliki peran.

Kedua, aspek budaya. Akibat dari era disrupsi, budaya saat ini sudah mulai banyak bercampur dengan budaya asing. Hal ini sudah mulai terlihat dari budaya berpakain generasi bangsa, generasi mudah cenderung lebih suka menggunakan pakaian yang mini dan tidak menyukai pakain yang sopan dan tertutup yang sesuai dengan niulai-nilai ajaran agama. Sebagian banyak menurut mereka apabila tidak mengikuti trend pakain terkini, mereka dianggap sebagai generasi yang tidak trendy.

Selain itu, kita juga bisa melihat sikap dari mereka, generasi muda sekarang banyak yang tingkah lakunya tidak mengenal sopan santun, tidak mempunyai rasa peduli terhadap orang lain dan cuek terhadap lingkungan di sekitarnya. Contoh kongkrit adalah adanya geng motor yang biasanya dilakukan oleh anak muda untuk melakukan tindakan kekerasan yang sangat menganggu ketentraman, kedamaian dan keyamanan masyarakat pada umumnya.

Semua itu dapat dicegah atau diatasi salah satunya dengan menggunakan pendidikan karakter. Dimana pendidikan karakter memiliki beberapa fungsi, diantarannya : dapat membentuk dan mengembangkan potensi manusia agar berpikir baik, berhati baik dan berprilaku baik sesuai aturan agama. Pendidkan karakter berfungsi meperbaiki karakter manusia yang bersifat negative dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter.

Selain itu, pendidikan karakter berfungsi memperkuat nilai-nilai budaya sendiri dan menyaring nilai-nilai bangsa lain yang positif untuk menjadi manusia yang berkarakter dan menjadi bangsa yang bermartabat. Dan disini membutuhkan peran dari seorang guru dalam hal pendidikan karakter, yang dimana pendidikan karakter ini tidak hanya dilakukan pada saat di sekolah akan tetapi seorang guru harus bisa menempatkan diri sebagai sahabat ataupun teman cerita ketika di luar sekolah dan mampu memberikan anak didik rasa kenyamanan agar mudah untuk mendekatinya dam memberikan motivasi.

 Nur Faradila,  Fakultas : Tarbiyah (PBA), Semester : Empat (IV) IDIA Prenduan Sumenep


POSTING PILIHAN

Related

Utama 1559352136750723488

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item