Membangun Budaya Literasi di Era Digital

Oleh: Baiq Wahyu Diniyati Hidayatillah

Memasuki dekade kedua abad 21. Everything is digital. Digitalilasi ini merambah pada setiap aspek kehidupan sehari hari hingga menuju pengelolaan sebuah negara. Negara Indonesia sebagai negara berkembang dituntut untuk berpartisipasi dalam euphoria digital. Beberapa tahun yang lalu, mungkin kita sangat bangga melakukan kegiatan berkomunikasi melalui short messege service (sms) dan tetepon genggam dengan pulsa regular.  Sekarang adanya android dengan segudang aplikasi, sepanjang ada connecting internet, dunia bahkan sudah berada dalam genggaman. Dari hal tersebut, dapat kita simpulkan perkembangan teknologi sangat fundamental, hal ini berdampak pada perubahan karakter  manusia yang menginginkan segala sesuatu terbentuk dengan spontan.

Sebagai penikmat digital, khususnya pada era disrupsi sekarang ini. Untuk mengakses berbagai ilmu pengetahuan sangat mudah. Era serba canggih ini telah menyediakan berbagai kebutuhan manusia sekarang. Segala bentuk teknologi sangat membantu dunia pendidikan. Yang mana dunia pendidikan merupakan pondasi utama sebuah negara, pendidikan berada dalam posisi yang sangat sentral untuk menentukan masa depan bangsa. Dan masa depan bangsa ini sangat ditentukan oleh bagaimana minat masyarakatnya terhadap baca-tulis.

Secara etimologis, istilah literasi berasal dari bahasa Latin ‘literatus’ yang artinya orang belajar. Literasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca, menulis berhitung serta memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi sebagai jantung pendidikan akan sangat penting dalam mendukung imajinasi dan kreativitas masyarakat. Oleh karena itu, literasi sangat berperan dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia. Sebagai bangsa yang indeks tingkat membacanya hanya 0,001 persen, artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih ‘mau’ membaca buku secara serius (tinggi). Kita sadar bahwa kemajuan suatu bangsa akan ditentukan oleh generasi yang akan datang. Bagaimana akan membentuk sebuah Negara yang maju, jika minat baca kita saja sangat memprihatinkan.

Dari banyaknya informasi yang di share di media sosial, minat baca kita seharusnya tinggi, sebagaimana perkembangan zaman. Menurut UNESCO, angka melek huruf sekarang sudah tinggi sekitar 95 persen. Tingkat melek huruf kaum muda bahkan lebih mengesankan di 99,67 persen.  Namun demikian, indikator pendidikan masih sangat rendah. Positifnya, banyak dari remaja yang sebelumnya malas membaca buku, sekarang semua rajin membaca, meskipun melalui layar handphone mengenai info di whatsapp, berita online, blogger dll.Secara otomatis literasi meningkat. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah  literasi pada zaman yang serba canggih era disrupsi ini bisa menjadi tolak ukur peningkatan literasi? Tentu tidak. Literasi tidak bernilai sedangkal itu. Literasi harus disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Era sekarang ini, Indonesia sangat membutuhkan  peningkatan intlektualitas. Kelemahan minat baca masyrakat Indonesia  berdampak pada karakteristik masyarakat Indonesia. Kelemahan tersebut menghasilkan sutu siklus yang terdiri dari kebodohan, kemalasan dan kemiskinan. Permasalahan ini  seolah tak pernah usai. Tentunya untuk menghilangkan 3 masalah ini diperlukan langkah sistematis dan komprehensif.

Dalam menciptakan hal tersebut, dirasa pemerintah harus melakukan tindakan. Salah satunya dengan penguatan budaya literasi. Kemudahan dalam akses literasi sangat terjangkau.

Bahan bacaan apapun bisa didapatkan hanya dengan sebuah aplikasi berbasis android. Dengan kemudahan tersebut, apakah kita akan melalaikannya begitu saja, ataukah sibuk dengan berita atau percakapan yang tak bermakna, tanpa sedikitpun mengambil manfaat dari kemudahan akses tersebut. Justru dari sini, kita bisa memanfaatkan berbagai aplikasi bermanfaat. Perubahan budaya membaca dan menulis dari metode konvensional ke digital sangat mendorong efesiensi
dalam upaya mewujudkan kemajuan bangsa. Maka dari itu, menulis dan membaca adalah suatu kegiatan yang sarat akan manfaat. Banyak sekali yang bisa dilakukan dalam pemafaatan aplikasi-aplikasi positif yang disajikan dunia internet.

Salah satu aplikasi positif dunia internet yang banyak dikenal masyarakat adalah e-library. E-library merupakan kolaborasi terbaru antara perpustakaan dengan teknologi informasi. Banyak sekali yang bisa di dapatkan dalam pemanfaatan aplikasi tersebut. Salah satunya dapat meminimalisir dampak negative dari kemajuan teknologi. Paradoks globalisasi dapat kita jadikan sebagai peluang sekaligus tantangan bagi kita. Dengan semakin majunya teknologi di era digital ini, tingkat penyimpangan semakin meningkat, tindakan criminalitaspun semakin tinggi, hingga kejahatan dunia maya yang sering kita kenal sebagai cyber crime semakin beranak pinak.

Alangkah baiknya jika masyarakat Indonesia, memiliki minat literasi yang tinggi. Jika literasi di era digital ini dapat membangun habitus membaca dalam masyarakat. Maka hal tersebut dapat direduksi menjadi pemecahan masalah yang terjadi di Indonesia. Jika masyarakat terbiasa membaca. Maka kebiasaan ini dapat meningkatkan intlektualitas masyarakat dan berorientasi pada perubahan pola pikir masyarakat. Dengan membaca dapat menanggulangi kebodohan, jika kebodohan sudah ditanggulangi, maka tidak akan ada lagi kemalasan, yang pada akhirnya masyarakat tidak dijerat lagi oleh kemiskinan yang selama ini  menjadi masalah utama Negara Indonesia.

Maka dari itu, di era yang serba canggih ini, kemudahan akan akses informasi sangat terjangkau. Kita bisa mengambil manfaat sebanyak-banyaknya. Khususnya dalam mengembangkan dan menguatkan budaya literasi melalui berbagai media online, yang bisa di akses oleh semua orang tanpa terkecuali. Hanya orang-orang berintlektualitas tinggi yang akan mampu memajukan suatu Negara. Mari membaca untuk membentuk generasi yang memiliki intlektualitas dan berintegritas.

09/10/2019 M

Baiq Wahyu Diniyati Hidayatillah adalah mahasiswi Fakultas Tarbiyah/PBA IDIA Al-Amien Prenduan dan sekarang saya merupakan Staf pengajar di TMI Putri Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.

POSTING PILIHAN

Related

Utama 3038871759133571450

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item