Kecanduan Gadget, Anak Jadi Asosial

Gadget tidak melulu buruk. Banyak hal positif yang diambil dari keberadaan gawai saat digunakan anak.  Salah satunya untuk meningkatkan...


Gadget tidak melulu buruk. Banyak hal positif yang diambil dari keberadaan gawai saat digunakan anak.  Salah satunya untuk meningkatkan quality time bersama keluarga.

”Bisa nonton bareng-bareng dan meningkatkan quality time,” kata Dosen Psikologi Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Nailur Rohmah.

Di samping itu, lanjut Nailur, tontonan di handphone (HP) juga bisa meningkatkan kreativitas anak. Seperti bisa memperoleh ide. Atau aplikasi yang banyak dan mendidik.

Karena itu, orang tua harus memanfaatkan keberadaan gadget secara maksimal untuk meningkatkan potensi anak dan memangku kedekatan orang tua terhadap anak.

”Orang tua juga sangat terbantu. Apalagi anak-anak zaman sekarang semakin kritis pertanyaannya. Tidak seperti anak zaman dulu,” kata dia.

”Orang tua bisa mendapat jawaban dari gadget. Ayo cari tahu bareng-bareng, seperti itu,” timpalnya.

Orang tua harus mengetahui kapan anak boleh pegang gadget dan tidak. Misalnya, bagi anak TK dan SD. Jika memang terpaksa mau memberikan gadget, jangan diberikan sehingga menjadi milik anak.

”Bilang saja, ini gadgetnya mama, ini gadgetnya papa. Jadi aturan tetap orang tua yang pegang. Ada waktu yang harus disepakati di awal. Jangan dikasih dulu, lalu tiba-tiba diminta mendadak. Pola seperti itu jangan dilakukan,” sarannya.

Dia meminta kepada orang tua dari awal untuk diberi aturan. Misalnya, waktu main bermain gadget harus 15 menit atau 20 menit. Kalau lebih dari itu, dikurangi jatahnya. Baik jatah main dan lainnya. ”Harus ada kesepakatan yang dibuat bersama anak. Itu supaya anak tidak ketergantungan gadget, sekaligus memberikan pelajaran disiplin,” jelasnya.

Sementara dampak psikologis anak jika terlalu sering bermain gadget yang dikhawatirkan jadi ketergantungan. ”Sekarang kita filter konten-konten yang kurang baik,” pinta perempuan yang baru mengajar Februari lalu itu

Manakala anak sudah kecanduan gadget, orang tua harus komitmen untuk mengatasi kecanduannya. Misalnya, meluangkan waktu buat anak. Bukan Cuma kuantitas yang diutamakan, tapi kualitasnya juga.

Di tempat terpisah, Ketua Rumah Literasi Sumenep Lilik Rosida Irmawati mengaku miris dengan banyaknya anak-anak pengguna gadget. Terlebih, tak sedikit yang sudah mampu berselancar di dunia maya.

Kemudahan mengakses informasi bagi anak pengguna internet menurutnya perlu menjadi perhatian semua pihak. Apalagi anak yang gemar beraktivitas dengan game online.

”Menyedihkan. Kalau kita lihat banyak anak-anak yang menjadi sosok asosial dikarenakan hadirnya game online,” ungkapnya kemarin (13/10).

Menurut Lilik, orang tua harus ekstraketat mengontrol aktivitas anak ketika menggunakan gadget. Terutama untuk mengakses informasi. Sebab, banyak kasus yang terungkap jika anak sudah bisa mengakses informasi berkonten dewasa. Informasi tidak layak konsumsi bagi anak tersebut menurutnya membahayakan bagi pembentukan karakter.

Selain itu, orang tua juga harus mengatur durasi penggunaan gadget bagi anak. Jika dibiarkan, dapat berdampak buruk. Di antaranya, bagi kesehatan mata. Anak bisa mengalami gangguan saraf, ketergantungan atau kecanduan, dan kurangnya interaksi sosial.

”Hilangnya masa indah. Peralihan aktivitas anak yang dulunya biasa dengan permainan tradisional beralih ke online. Anak menjadi kurang berinteraksi sosial. Anak kurang memiliki rasa empati dan simpati,” tutur Lilik.

Di lingkungan sekolah, lanjut dia, anak masih bisa untuk diberi permainan edukatif dan interaktif. Namun di lingkungan keluarga, anak perlu mendapat perhatian aktif dari orang tua. Menjaga anak dari kemungkinan mengakses informasi tidak layak konsumsi serta kecanduan game online.

Beberapa kasus yang ditemuinya di Kota Keris, beberapa anak SD melontarkan kata-kata kasar. Mirisnya, ada juga yang sampai melakukan tindakan amoral. ”Cenderung merusak karakter anak. Pernah saya menangani sekitar enam anak yang berperilaku menyimpang dikarenakan gadget. Ada anak SD yang melakukan hubungan sesama jenis. Miris,” cerita Lilik saat ditemui di Perpustakaan Umum Sumenep.

Dia menyarankan orang tua harus benar-benar protektif terhadap anak dalam penggunaan gadget. Kontrol perlu dilakukan. Jika digunakan dengan bijak dan baik, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari gadget. Salah satu keunggulan gadget, memudahkan anak mengakses informasi yang sifatnya literasi.

Idealnya, anak diperbolehkan menggunakan gadget jika sudah duduk di bangku SMP. Anak sudah lebih paham dan mudah diberi saran tentang batasan informasi yang bisa diakses. Itu pun masih tetap perlu pengawasan ketat.

Di sisi lain, Lilik juga berharap semua pihak memperhatikan kondisi anak saat ini. Untuk meminimalisasi kecanduan anak pada gadget, perlu upaya membuka area bermain yang edukatif dan taman baca.

Fasilitas bagi anak tersebut diakui saat ini masih sangat sedikit di Kota Keris. ”Itu salah satu faktor banyaknya anak beralih ke permainan online. Karena kurangnya area bermain anak dan taman baca,” tukas penulis buku permainan tradisional Gai’ Bintang itu.  (mr/rul/bad/onk/bas/JPR)

Sumber: Radar Madura, 14 Oktober 2019

POSTING PILIHAN

Related

Utama 1818509529790902662

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item