Mendongeng Secara Efektif

<!--[if gte mso 9]> Kang Awam Pendongeng anak  Sebuah cerita atau dongen yang dibangun dan disampaikan dengan baik akan ...

<!--[if gte mso 9]>

Kang Awam Pendongeng anak 

Sebuah cerita atau dongen yang dibangun dan disampaikan dengan baik akan mematahkan garis pembatas antara anak-anak, remaja, dan dewasa.  Artinya, cerita itu bisa enak didengar oleh siapa saja dan mampu mempertahankan daya tariknya. Cerita akan dikenang dalam waktu yang lama oleh para pendengarnya.Mengetahui dan menerapkan dasar-dasar mendongeng dengan balk akan memperkuat cerita yang di sampaikan. Di bawah ml akan dijabarkan dasar-dasar mendongeng yang efektif.

I . Menemukan cerita yang tepat untuk diceritakan. Kata kunci yang tepat untuk hal ml adalah, dongeng (cerita) yang sederhana dengan unsur yang sederhana. Artinya, baik tokoh ataupun masalah yang ditampilkan dalam cerita tersebut tidak terlalu banyak dan kompleks. Untuk menemukan cerita semacam ml perlu kiranya datang ke perpustakaan atau toko buku yang menyediakan dongeng dan berbagal daerah atau negara. Carilah dengan teliti hingga sampal menemukan cerita yang benar-benar menyentuh hati. Selalu mulailah dengan cerita yang sederhana. Karakteristik cerita sederhana yang balk adalah; memiliki tema tunggal dan jelas, alurnya jelas dan sederhana, karakter tokohnya menarik, memiliki sentuhan dramatis, serta cocok dengan audiennya.

2. Interaksi dengan pendengar. Dalam mendongeng, pendengar memiliki peran yang sangat penting. Sebaik apapun cerita yang disajikan, jika tidak didengarkan dengan seksama oleh para pendengar maka akan sia-sia. Ibarat melukis, pendengar adalah kanvas kosong dan pendongeng adalah pelukis yang slap menggambar di atas kanvas tersebut. OIeh karena itu bekerja sama dengan para pendengar melalui interaksi selama proses mendongeng berlangsung sangat penting. Banyak pendongeng yang gagal karena dalam menampilkan cerita datar, tidak mau berinteraksi dengan pendengar. Cerita akan menjadi semakin menarik dan berkesan ketika pendengar merasa dekat dengan cerIta tersebut. Artinya, balk tokoh ataupun peristiwa di dalam cerita harus digambarkan dengan gamblang, jelas, dan Iengkap sehingga imajinasi pendengar terbangun dan mereka merasa memiliki cerita tersebut. Mendongeng atau bercerita pada prinsipnya adalah tugas yang diemban bersama antara pendongeng dan pendengar yang saling berinteraksi untuk menghidupkan cerita yang disajikan.

3. Hidupkan karakter dengan kepibadian dan perasaan. Cerita akan Iebih nampak hidup jika disajikan dengan dinamika emosi para tokohnya. Pendengar akan semakin betah manakala pencerita mampu menampilkan watak tokoh, situasi peristiwa dengan baik dan bervariasi. Penggunaan warna suara untuk tokoh yang berbeda juga sangat mempengaruhi. Tinggi rendah nada serta irama ketika menceritakan satu peristiwa atau narasi.

4. MuIaiIah cerita dengan kalimat yang sederhana dan tidak biasa. Umumnya, pendongeng atau pencerita akan memu’Iai ceritanya dengan kalimat pembuka; “Páda suatu han”, atau “Konon kabarnya’1. Hal ml tidaklah masalah sebenarnya, akan tetapi jika sering dilakukan pastilah akan sangat membosankan. OIeh karena itu mulailah cerita dengan satu kalimat atau kata yang lain dan biasanya. Kemudian berhentilah sebentar untuk memberikan ruang imajinasi bagi pendengar setelah itu Ianjutkan dengan kata, kalimat atau bahkan sebuah gerakan atau ekspresi yang intinya membuat pendengar merasa takjub dan tertarik.

5. Ajak pendengar berpartisipasi. Dalam situasi tertentu yang membutuhkan efek suara atau suasana, pendongeng dapat mengajak pendengar untuk berpartisipasi. Sehingga, semua merasa aktif dan ikut berperan dalam cerita tersebut. Misalnya, situasi sebuah perlombaan, maka jadikanlah pendengar sebagai suporter. Ajaklah mereka bermain, Iibatkanlah mereka dalam cerita tersebut.

6. Jika cerita telah selesai, maka selesailah dalam arti sesungguhnya. Jangan memberi tambahan keterangan yang lain. Biarkanlah pendengar bermain dengan imajinasi mereka, membayangkan apa yang baru saja mereka dengar. Tepuk tangan meriah bukanlah ukuran keberhasilan sebuah presentasi. Kadang-kadang keheningan justru semakin menguatkan hash akhir dan presentasi tersebut. Pendengar akan merasa tertegun, berpikir, dan menikmati cerita yang ditampilkan.

Yang terakhir dan yang terpenting dan kesemua hal di atas adalah. MuIaiIah cenita dengan tenang, rfleks dan tanpa ketegangang. Sampaikan cerita secara efektif, buang hal-hal yang tidak ptertalu dibutuhkan. Tampillah penuh percaya din dan miiikilah cenita yang akan disajikan sepenuh hati. Jangan takut menggunakan mode cerita yang berbeda. Jangan takut berbuat kesalahan. Bertatihlah dan terus berlatih, maka hasilnya akan dapat dirasakan. Selamat bercerita!

Bacaan:
Jonhstone, Keith, Impro for Stotytellers, Theatresports and the Art of Making Things Happen, Faberand Faber, London, 1999.
Spolin, Viola, Theater Games for the Classroom, Northweswtern University Press, Illinois, 1986.
Websfte:  http ://www.eld barry. net

Makalah Lokakarya Kesenian Etnik Jenjang Pendidikan Dasar bagi Guru Sekolah Dasar (2009)

***
Tulisan bersambung:
  1. Mendongeng di Sekolah
  2. Manfaat Dongeng Dalam Pembelajaran
  3. Mendongeng Secara Efektif


POSTING PILIHAN

Related

Asah Literasi 9186291495340854128

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item