Engkaulah Pertamaku

(Merangkai Bunga Rindu di Kelopak Kembang Pilu) Cerpen Rusdi Umar Pertama kali aku melihatmu, di sana, di sudut jalan berliku, di ...

(Merangkai Bunga Rindu di Kelopak Kembang Pilu)

Cerpen Rusdi Umar

Pertama kali aku melihatmu, di sana, di sudut jalan berliku, di bawah pohon rindang berbunga rembulan. Dari sudut mataku, bibirmu menyunggi sebaris senyum yang rekah berkelopak mawar. Aku terkesima. Hatiku bertalu, menabuh genta cinta di rautmu yang ranum. Gadis berkerudung jingga membalut hatiku dengan laksa rindu.

"Rembulan itu begitu indah," katamu di suatu malam yang rindang. Aku terkesima mendengar suaramu yang syahdu.
"Seindah raut wajahmu," bisikku dalam hati. Engkau termangu. Diam di dahan rimbun malam.

Kulewati malam dengan pilu. Khayalan hanyalah sebuah kenangan. Karena engkau jauh,... jauh di telaga kahyangan. Bersenda dengan senja, bergurau dengan semburat cahaya mega. Di ujung cakrawala, aku diam membangun nuansa. Ya, nuansa khayal yang rasuk di sanubari. Membangun kelopak rindu yang menyayat, merangkai bunga-bunga surga di altar seribu kembang.

Senja masih anggun di ufuk. Di atas rimbun pohon cinta, di dermaga angan yang ranum oleh tarian anjangsana. Di deru nurani hatiku, engkau masih setia. Menunggu aku kembali. Membawa sekuntum purnama, mengantongi serpihan cahaya mentari. Seteguh api menyiram panas, setangguh kabut membalut gigil. Engkau masih di sana, dan aku tetap di sini.

"Jangan biarkan aku sendiri," kataku padamu. Bukan,... tapi pada sepoi angin yang lewat di antara semak. Pada serpihan waktu yang terus beranjak. Pada kelopak bunga yang mekar di telaga hatiku.
"Engkau tidak sendiri, Mas," jawabmu. "Ada aku di sisimu," lanjut katamu dengan derai tawa.
"Benarkah?"
"Benar, Mas!"
"Oh, aku bahagia!"

Malam begitu indah. Bintang-bintang bertaburan, menemani aku yang bisu. Sendiri. Memandang langit, menghitung rindu, menyapa desah pada resah yang biru. Di sini, di antara keriput malam yang tak purnama, namun bintang masih berkedip setia, aku mengurai beribu mimpi. Mimpi tentangmu, tentang aku, juga tentang kita berdua. Khayal ini telah lama bergayut di hamparan asaku. Di deru detak jantungku. Bahwa, engkaulah kamuku. Kamulah cinta dan rinduku. Tapi, sesering khayalanku, sebegitu engkau menjauh. Jauh di dekatku, dekat di sanubariku.

Di ketiak malam, hingga aku lamun dalam keresahan. Fajar pun berjuntai di ufuk timur. Menerangi malam, membalut siang dengan cahaya auramu. Aku mendekap luka, dan engkau pun berpeluk cinta. Rinduku karam di palung jiwamu, bagai ruammu luruh di jantung hatiku. Bunga-bunga pun rebah di antara pelaminan khayalan kita. Kita? Ah, aku saja barangkali! 

*
Seteguh cinta, setegap rindu. Gegap tarian pesona asmara, berkalung impian-impian madah. Puisi merangkai gurindam, dan elegi sajak merasuk keping-keping mimpi. Engkaulah pertamaku, senarai tetabuh kempul, kendang romansa cinta melagu gemulai tarian senja. Teduh samudra biru, laut pun mengurai lagu gelombang.

"Engkaulah cinta pertamaku," kataku di senja itu.
"Kamulah kamuku," jawabmu sungguh.
"Tapi, dimanakah dirimu?"
"Aku di hatimu, Arjunaku!"
"Oh, bodohnya diriku!"
"Ya, aku di lubuk hatimu, Kanda!"
"Ya Tuhan,,,,"

Mentari bersinar begitu pecah. Cahaya kemilau menerabas rimbun pohon cinta di hatiku. Aku bahagia. Ya, kebahagiaan yang meluap, meraup kisah asa yang dulu hanya sebuah khayal. Kini, rinai pelangi merasuk ke dalam dada. Bersemayam di sisi sanubari, membangun istana cinta, mengurai daun-daun rindu di penghujung sang waktu. Kamulah kamuku, engkaulah purnamaku. Selendang pelangi meraup kisah abadi, melahirkan sukma mimpi menjadi realita. Engkau, tetaplah menjadi bunga di setiap langkah hidupku.

Senja bertabur mega. Warna jingga membalut serpihan-serpihan asa. Di sana, jauh di keheningan jiwa, Shinta dan Arjuna melandai memburu keheningan mahligai, untuk mengurai tapak cinta dan anugerah rindu.

"Engkaulah gelora tarian rinduku!"

Madura, 09-05-2018

POSTING PILIHAN

Related

Cerpen 330930763373510844

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item