Sajak-sajak Tika Suhartatik

  Titipan Cermin Sejarah cermin sejarah kian buram tak lagi ada gemah ripah tanah silam semesta mulai gersang dasi dan kursi berpal...

 

Titipan Cermin Sejarah

cermin sejarah kian buram
tak lagi ada gemah ripah tanah silam
semesta mulai gersang
dasi dan kursi berpalung parang
menerabas hingga ke puncak sarang
suara-suara di anjungan terdampar gamang
tak ada tuan melarang

lihatlah bocah-bocah bersimbah busung lapar
tubuh kerontang, rusuk menusuk terdengar gempar
tak tampak pada tuan
sibuk menumpuk kertas-kertas tak lapuk

sungguh tuan, anak negeri ini berseru
tentang tanah-tanah banyak laku
lantaran ada emas meremas lama berbau
tuan ikut memandu

cermin sejarah kian pudar
pertarungan nyata makin berdenyar
layar negeri terkembang parau
jauh diseberang berkabut angpau
banyak pemuda berbilang namun jalan tuan menyilang

cukup sudah, tuan
babad ini kembali pada sejarah pernah dijarah
oleh tuan dan dipertuan

anak negeri berkalung janji
saat isyarat mencatat setumpuk khianat
tuan angkat kaki sedari dini
atau nisan berdiri di sini


Tik@ 20022017

Sisa Kehidupan di Balik Horden

kau tinggal sendiri
serupa puntung rokok tersedak di bibirmu
mengepul menumpuk nyenyat berbau
ada legam tiap kata terhan

menyeruak sebungkus tanya
kau hidup bagi siapa?
ketika hitungan waktu tak singgah segala puji
dan kerap rajuk berbudi
selalu ada kerutan emosi
labrakan harga diri

Lalu, kau bertandang pada siapa?
ketika segala nota tak bisa dipinta
recehan hanya berdentang
di telinga dan perutmu
lemari, tikar, ikut menari
kerap mengajari tentang roti- roti basi

Tik@ 12032017

Seteguk Kopi Emak

Emak...
masih jelas berada cerita
kau baca di penghujung lincak
tentang pekat kopi, aroma bumbu, apek cucian
menumpuk di sudut-sudut dapur

Emak...
aku ingat ada jeda tak sempat dihirup
pada seteguk kopi hangat
meski sudah dieja dan meraba
setiap serbuk-serbuk kopi itu
perlahan tumpah, aku tengadah

Emak....
Terlihat di tapak tanganku garis takdir melingkar
Menggapai resah terbakar
Rasanya cukup
Seduh kopi membuat kantuk menelungkup

Emak...
lewat kopi terbaca pelan-pelan
keringatmu sedap
airmata tersingkap
di ujung sampirmu kian lusuh
meski sudah kubasuh setumpuk peringkat, secarik predikat,dan sekepal pangkat
belum cukup, emak...
itu hanya sederet angka-angka
kubuat sekumpulan serbuk-serbuk kopimu
pekat semakin memikat

masih ingin menyeduh kopimu, Emak...
seteguk lagi

Tik@22122017

Kopi  dan Hati Terbagi Pag

pagi ini kutemukan serpihan hati melekat pasti
mengatup mataku di dekat kopi
kuseduh pelan-pelan agar tak ada gaduh
seringkali kubilang bahkan sesekali meradang
hatiku hatimu larut dalam kopi
kau harus tahu
hati dan kopi tak ada beda
sama pekat sama nikmat
maka biarkan pagi ini retas di perbatan sepi
harus kutemui sendiri mimpi memindai hingga ke tepi

aroma kembang melati menjadi kari
di sepetak cangkir
aku tak bisa mungkir
hati dan kopi sedang terbagi
ada pagi, janji, mimpi, dan setumpuk sabun mandi
belum sempat kumencuci
wajahmu, otakmu, bibirmu, kakimu
bahkan ludahmu bertebaran
aku tak sempat merinci sisa aksara dan angka-angka
kau bagi untuk tiap pendusta

sungguh runyam jadinya
hati dan kopi kian panas
meranggas di tepian rumput yang tak lagi kujumput
luruh
dungu
kembali ungu
warnaku
hati dan kopi tak ada beda
pekat, nikmat, hangat, kubuat keramat

Tik@2017

***
Tika Suhartatik. Dilahirkan di sebuah desa kecil di kecamatan Saronggi Sumenep, baginya menulis adalah sebuah meditasi paling sunyi yang mampu menemukan arti diri.  Penah menjadi wartawan DPRD dan surat kabar di Sumenep, pernah aktif dan menjadi pengurus LPM STKIP PGRI Sumenep , sempat menjadi Pimpinan Redaksi Majalah Retorika, dan terjun ke dunia politik sebagai calon legislatif (2009), hingga akhirnya melanjutkan studi S2 di UNMUH Surabaya (2011). Beberapa karyanya terbit di Majalah Jokotole (Balai Bahasa Jawa Timur), Koran Madura, Radar madura, Majalah Mitra Indonesia, Reportase, Radar Minggu, Majalah Edukasi, Majalah Retorika, Info dll.

Karya puisinya juga terkumpul dalam buku antologi puisi berbahasa Madura “Nemor Kara” (2006), dan “Jhimat” (2015) yang diterbitkan oleh Disbudparpora Sumenep. Tahun 2007 karyanya masuk nominasi ke-11 dari 25 naskah terbaik dalam Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS) Depdiknas Jakarta, dan tahun 2008 kembali mengikuti LMKS pada Program Khusus, tahun 2010 cerpennya  masuk  dalam Lomba Menulis Cerpen tingkat guru SMA/MA/SMK Negeri dan Swasta seluruh Indonesia oleh Depdiknas Jakarta, Puisinya masuk antologi puisi "Perempuan Laut" (Forum Bias 2016) . Hingga saat ini dirinya mengabdi di sebuah Madrasah Aliyah swasta di kecamatan Bluto dan almamaternya STKIP PGRI Sumenep. Ia tinggal di Dusun Bonmalang Desa Saronggi - Sumenep,


POSTING PILIHAN

Related

Puisi Pilihan 9105155729347675832

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item